Cerpen #1

by - May 09, 2019


Hello again from me, a lazy one to go bath and so hard to sleep early. Well today I don't really know what to write actually, but it turns out remind me to my high school moments. It was quite great to have some good friends and learnt a lot of good things together. Weirdly all of those stuff build me to write more short stories just in case in a hope to get more money (once it published on a magz, you know now none such a thing) to buy food to eat or my favorite thing "jacket". Well it was really a must item to have since I gotta wake up early and catch bus at half past four every morning. So yeah, here is one of my drafts. It is silly I know, but common, try to understand how cool it was when I was younger:

                                                     Still And Always Will
https://www.wikihow.com/Tell-if-Your-Best-Friend-Loves-You

Pagi ini Shiera semangat menyambut hari Senin. Haha ... iya sumpah! Ini hari Senin. Mungkin karena Fardini. Bukan teman special sih, tapi dia selalu bisa membuat Shiera merasa begitu. Sekalipun, Shiera tahu selama ini mereka sekedar berteman, sekedar melakukan hal-hal yang normal yang seharusnya teman baik lakukan.
Mereka bahkan tidak pergi ke sekolah yang sama. Shiera nggak sekedar tergila-gila dengan London dan Oxford, dia juga sedikit addicted dengan Liga Inggris belakangan ini. Yeah, itu juga karena Fardini. Dia selalu punya dunianya sendiri yang unik,  yang menantang dan tanpa beban. Bukanlah enteng menjadi anak tunggal seperti Shiera, ayahnya single parent yang nggak banyak menuntut, sebenarnya. Tapi Shiera selalu merasa begitu. Merasa dituntut. Itulah mungkin yang membuatnya begitu membutuhkan Fardini. Sangat butuh udara yang sama dengan yang dihirup Fardini. Agar selalu merasa sebebas dirinya. “Ra, buruan dikit. Ada janji penting, nih!” Teriak Fardini sekenceng-kencengnya dari pagar luar rumah Shiera. Begitulah pagi mereka, berangkat bersama, tapi tanpa tujuan yang sama. Fardini selalu sabar menungggu Shiera, hanya untuk berangkat bersama sebatas gang depan, setelahnya, Bis mereka nggak sejalur. Terpisah juga kan akhirnya? “I’m coming, kapten,” jawab Shiera terengah, setelah pamit ayahnya. Memang selama ini Fardini selalu early dan Shiera yang membuat mereka telat selebihnya. 
**
Sesampainya di sekolah, Shiera selalu jadi orang lain, yang pendiam, yang seperti tanpa teman semacam Fardini. Begitulah semenjak dia kehilangan Mamanya 4 tahun yang lalu. Ceritanya panjang, bahkan Shiera juga nggak yakin ingat betul. Karena dia sempat tak bicara pada siapapun dalam waktu yang nggak sebentar. Sampai akhirnya dia menemukan seseorang semacam Peter Pan, teman Tinkerbel. Yup! Fardini. Dia pernah bilang kalo sebenarnya Shiera adalah perinya yang kabur dari toples magicnya, yang diberi nama Tink, mungkin maksudnya Tinkerbel. Jadi Shiera menyebut Fardini sebagai Peter Pan-nya. Mereka sudah bertetangga sejak kecil. Jadi yang akhirnya mampu membangkitkan Shiera yang -lebih dari- terjatuh ternyata ya cuma Fardini.
Hari ini Fardini ada pertandingan basket, lantas dia nggak ingin telat gara-gara Shiera. Sayang, Shiera nggak bisa menyemangatinya. Tapi, dia percaya Fardini akan memenangkannya lalu mengajak Shiera menaiki bukit dan makan es krim bersama untuk merayakannya. Seperti yang biasa dia janjikan. Yes!
**
Langit sudah kemerah-merahan seharusnya, hanya saja Bandung akhir-akhir ini sedikit mendung. Shiera masih menunggu Fardini datang di ujung gang rumah mereka, sendirian. Hingga akhirnya rintikan air dari langit membasahi pipinya, perlahan. Semakin dingin. Hujan masih berupa rintikan, jadi Shiera memutuskan menunggu lebih lama.
Sampai akhirnya mobil tua memasang lampu sen hendak belok ke kanan, ke arah Shiera. Genangan air yang tidak jauh memaksanya minggir sejenak. Setelah berlalu, Shiera kembali mendongakkan kepala, dilihatnya langit gelap yang kelam, terlihat sambaran kilat tanpa suara tepat di sisi barat daya tempatnya berdiri saat ini. Sampai akhirnya dia tersadar, mobil tua itu mematikan mesinnya tepat di depan rumah Fardini, yang membuatnya menoleh. Terlihat anak laki-laki jangkung itu merendahkan kepalanya mendekati kaca pengemudi seraya mengangguk-angguk, lalu melambaikan tangan. Beberapa detik kemudian, mobil tua itu mundur dan memutar arah. Keluar gang. Semakin menjauhi Shiera yang masih mematung di mulut gang. Semenit kemudian HP-nya bergetar, terasa sangat mengagetkan. Dibaca pesan dari Fardini ‘MAAF AKU KALAH. SLEEP WELL’. Digenggamlah HP lamanya itu kuat-kuat dan ditinggalkannya gang yang semakin sepi itu, untuk mencari tempat yang teduh. Shiera pulang, tanpa membalas pesan Fardini.
**
Keesokan harinya, sepulang dari sekolah, Fardini tidak menemukan Shiera di mulut gang seperti biasa. Lalu dia putuskan membuka pagar rumah Shiera, lalu diketuknya pintu kayu yang bercat putih tulang itu, pelan. “Siang, mbak” begitu melihat Mbak Mila, yang menemani Shiera saat Mamanya sudah tiada itu mendekat membukakan pintu. “Masuk bang, Mbak Shiera agak nggak enak badan, tuh di kamar. Nggak mau minum obat, nggak mau makan, nggak m...,” Fardini memotongnya “Tadi sekolah?” “Nggak bang, diminta istirahat aja sama bapak, saya angkat jemuran ya, bang,”
Ya begitulah, Shiera dan Fardini sudah seperti saudara, ayah Shiera juga sering memanggilnya “bang”, seperti yang dilakukan almarhum Mamanya. “Sakit apa Tink? Katanya diantar Om Sasongko tadi ke sekolah?” Fardini nyelonong masuk kamar Shiera. Tidak ada jawaban, dilihatnya gadis malang itu duduk di jendela yang menghadap ke rumah Fardini, tepatnya kamarnya. “Haloooo orangnya di sini.” “Oh sudah pulang dari Neverland? Ketahuan deh, bohongnya.” Jawab Shiera lemas. “Hah? Tempat apa itu?” Ya pertanyaan semacam ini yang Shiera suka, yang Shiera selalu ingin dengar dari Fardini. “Aku Cuma flu, parno ya ayahku, selalu kan?” Shiera mengalihkan pembicaraan. “Well soon ya guruku yang paling galak,” “Makasih lho, murid yang paling males,” lalu mereka tertawa hampir bersamaan. Selama ini mereka selalu menyempatkan belajar bersama, tapi endingnya selalu Fardini yang ketiduran, Fardini yang kabur nonton bola, Fardini yang kabur main bola di lapangan dekat rumah, selalu Fardini yang begitu. Dia nggak pernah jago-jago amat Bahasa Inggris, tapi playlist di HP dan PC-nya lagu western rock punk semua. Lucu ya? Minimal dia selalu bisa menjelaskan makna tiap lagu yang di downloadnya.
**
Mungkin sungguh berat mengartikan keinginan Shiera, dia sangat butuh Fardini, butuh tapi untuk selamanya. Jika bersama yang seperti itu nggak mungkin, Shiera pasti mengharapkan cara bersama yang lain. Asal selalu bersama Fardini. Kadang dia ingin menuliskan takdir yang buruk tentang dirinya sendiri. Seperti berharap tiba-tiba dia sakit kanker lalu Fardini akan mau menuruti semua inginnya, seperti di film yang pernah ditontonnya. Tapi itu belum juga terjadi. Terakhir, Shiera hanya flu, karena kehujanan menunggui Fardini yang ternyata pulang bersama teman cantiknya.
Yup! Belakangan ini Fardini akhirnya cerita apa yang terjadi malam itu. Dia kehilangan dompetnya saat pertandingan, sampai akhirnya Rita temannya yang katanya ‘baik’ dan ‘cantik’ itu memberinya tumpangan. Mengingat itu semua, membuat Shiera merasa dikhianati. Seperti tak diharapkan lagi, atau jangan-jangan ini pertama kalinya Shiera tahu. Sedangkan Fardini ternyata justru banyak menghabiskan waktu bersama Rita saat di sekolah. Entahlah.
**
Malam ini ternyata tiba-tiba saja tantenya Fardini melahirkan, sehingga ayah dan ibunya juga harus ke rumah sakit untuk membantunya, tentu saja. Fardini menawari untuk menghabiskan malam ini di rumahnya. Karena rumahnya kosong.
“Aku boleh masuk?” tanya Shiera setelah Fardini merebahkan badannya di tempat tidurnya. “Jangan mikir yang nggak-nggak kaya di film dramamu, deh. Come in!” katanya sok dewasa. Pelan-pelan Shiera melangkahkan kakinya memasuki ruangan yang asing itu. Selama ini Fardini saja yang keluar masuk kamar Shiera seenaknya. Sedangkan Shiera nggak pernah sekalipun. Ini pertama kalinya. Kamarnya rapi. Dia penggemar berat Green Day, rupanya. Ada poster super jumbo di sisi dinding kamarnya, buku pelajaran tertata rapi di meja belajar yang berwarna biru muda, ada almari berukuran sedang yang memenuhi sisi kanan tempat tidurnya, dan yang terakhir, jendela yang selama ini terlihat dari kamar Shiera, ada gantungan berupa dream catcher yang terbuat dari rotan, sama seperti yang diberikannya kepada Shiera dua tahun yang lalu, oleh-oleh dari Lombok. Selama ini, ruangan ini terlihat samar dan sangat ingin dihampiri Shiera, dan sekarang dia berada di sana bersama empunya.
“Santai aja, anggap rumah sendiri. Acaranya apa nih?” Kata Fardini tiba-tiba setelah membaca pesan dari HP-nya, langsung membuyarkan lamunan Shiera yang kini duduk di kursi meja belajar Fardini. “Bentar ya, aku ambilin minum, hehe. Ntar kamu mati dehidrasi,” candanya seraya bangkit dan keluar dengan ogah-ogahan. Shiera hanya melempar senyum kecil. Shiera melihat meja belajar rapi itu, tertempel di sana foto bersama dirinya saat wisuda SMP dulu, foto saat SD, foto pot bunga yang pecah, yang Shiera juga bingung apa artinya. Lalu ada buku bersampul hitam dengan tulisan besar berwarna putih, MISI. Shiera ambil, dia membayangkan mungkin berisi misi-misi gilanya yang lain, yang sangat rahasia, sehingga Shiera belum pernah diberi tahu buku unik ini. Dibukanya halaman pertama, ada coretan-coretan karikatur personil Green Day dan tertulis di bawahnya ‘AKU AKAN GANTIKAN VOKALIS KALIAN’. Gila memang. Dibukanya halaman selanjutnya, lalu Shiera hendak pindah tempat duduk ke tempat tidur Fardini, agar lebih nyaman. Tapi, pluk! Terjatuh sebuah foto berukuran 4R, lalu diambilnya. Dan Oh! Itu mungkin sang Rita batinnya, tubuh Shiera sedikit mengejang. “Lihat aku bawa minum apa, nih? Ini...” suara Fardini dari lorong terhenti melihat Shiera melihat foto itu. “Siapa ini, huh?” Tanya Shiera berusaha tenang. Diulasnya senyum menggoda, penuh canda untuk menutupi apa yang sebenarnya dirasakan. “Hahaha, ketahuan juga akhirnya. Dia Rita yang waktu itu sempat aku ceritakan. Ingat?” Jawabnya sambil menaruh dua gelas susu coklat panas di meja kecil dekat tempat tidurnya. Lalu ikut duduk di samping Shiera, diraihnya foto itu, dan dipandangi dengan senyum yang sama seperti ketika dia melihat hasil gambar Shiera yang katanya sangat ‘menghipnotis’. Shiera benci saat-saat seperti ini. Saat-saat, seolah Shiera akan ditinggalkan Fardini.  “Ingat,” akhirnya Shiera jawab singkat sambil berusaha tenang. “Cantik. Pacar kamu ya?” Goda Shiera akhirnya, setelahnya dia menelan ludah dalam-dalam. Sakit dadanya. “Nggak tahu, mungkin akan, hehe. Belum ada moment yang pas. Saat wisuda nanti mungkin. Setuju nggak?” goda Fardini sambil mengacak-acak rambut Shiera. Shiera balas senyum datar. Tak dijawabnya.
Akhirnya malam itu Shiera hanya tiduran di tempat tidur Fardini, sementara tuannya asik main playstation. Susu coklat yang semula panas sudah semakin dingin. Tak disentuh keduanya. Dibiarkan dingin begitu saja, hingga akhirnya Shiera memutuskan untuk pulang saat jam digital di meja belajar Fardini menunjukkan pukul 11.43 PM. Dia nggak betah berada di dalam ruang sunyi tanpa obrolan sedikitpun bersama orang yang paling dikaguminya selama ini, dengan suasana yang nggak ingin ia kenang sama sekali. “Sleep well.” Kata Fardini setelah sampai di depan pintu rumah Shiera, untuk mengantarnya pulang. “Ya.” Jawab Shiera dengan suara serak. Lalu ditutupnya pintu itu.
**
Lalu hari-hari berikutnya berjalan seperti biasa, seolah malam itu tak terjadi apapun, namun bedanya, Shiera seolah bangun dari mimpinya. Seolah hal abu-abu yang selalu membuatnya mati penasaran kini lebih jelas hitamnya, lebih jelas putihnya. Kini dia tahu di mana dia sebenarnya. Bukan di Neverland. Bukan di dalam kisah-kisah film atau novel yang sering dibacanya. Nggak akan ada cinta sejati seperti di film Enchanted. Yang ada hanya kehidupan yang nyata ini, yang sulit dipelajari, dan nggak mungkin kita tuliskan endingnya dengan mudah.
https://www.wikihow.com/Attract-the-Guy-You-Have-a-Crush-On
Kini Shiera mengerti, dia juga butuh Anne, Lia, Niko, Alfa atau Luki. Pokoknya teman yang lain, teman yang juga bisa menceritakan adegan yang dibuat Spongebob tampak nyata, teman yang mampu membuat rekor baru saat memainkan game di Hp-nya, teman yang normal yang tidak sesempurna Fardini, teman yang mampu mendapat nilai 90 di kelas Bahasa Inggris, yang mendengarkan lagu pop atau ballad dan tidak selalu menang dalam pertandingan basket.
Shiera sekarang lebih open mind, It’s like she’s going to live her life. Ternyata dia bisa tetap tertawa saat nonton Mr. Bean walaupun bukan Fardini yang duduk di sampingnya. Akhirnya dia mengerti, Tink si peri yang dimiliki Fardini mungkin memang sungguh ada, nyata. Dia memilih pergi dari toples di kamar Fardini yang indah itu, mungkin karena ia tahu, selama ini Fardini seolah ingin memilikinya, seolah akan selalu menjaganya, seolah sangat menyanginya, tapi nyatanya dia memilihnya untuk menyimpan peri malang itu di toples. Tak pernah saling berpelukan atau makan di meja yang sama, karena Fardini yang dia kenal selalu memilih menghabiskan sepanjang hari untuk basket, main playstation, nonton bola, dan bla bla bla. Fardini hanya ingin menyimpan peri itu begitu saja, mungkin agar dapat selalu dilihat saat dia bangun, atau akan tidur.
Begitulah kenapa Tink memilih pergi, karena Peter Pan tak sungguh ingin bersamanya. It feels like he holds her without touch, and keeps her without any chains.
**
Shiera sedang terbaring di kamar Fardini seperti malam itu, tapi suasana saat ini lebih disukai Shiera, karena ini sore yang cerah dan bedanya foto Fardini bersama Rita kini ditempel di meja belajarnya, menggantikan foto pot bunga yang pecah itu. Dan di dalam sana Fardini sedang sibuk membungkus kado untuk Rita, yang katanya akan berulang tahun dua minggu lagi. Diantaranya mengalun lagu Sarra Bareilles, Gravity, keras sekali. Tentu saja, ini plalist Shiera. Di dalam ruang yang akan selalu menjadi ruang yang paling istimewa itu, Shiera menyadari bahwa hatinya ternyata mempunyai ruang yang sangat besar. Ternyata, dia tetap bisa bersama Fardini, meskipun Fardini kini juga bersama Rita, dan meskipun kini Shiera juga mengajak teman ekskul atau teman sekelasnya mampir ke rumah. Semua terasa lebih mudah dan ringan, dan bebas. Beginikah rasanya hidup sebagai Fardini yang tanpa beban?
Dalam hati, Shiera janji dan tak lupa menulisnya dalam buku jurnalnya di rumah nanti, bahwa dia masih dan akan selalu menjadi Tink untuk Peter. Dan kini ia menyanyikan bait-bait terakhir Gravity, setengah berbisik “Something always brings me back to you it never takes too long...”

You May Also Like

0 comments