• Home
  • About
  • Bookshelf
  • Sharing
  • Review
    • Skincare
    • Makeup
    • Movie
    • Food
    • Fashion
    • Other
  • Random
  • Contact
facebook twitter instagram youtube

- cheese cake -

Well another weekend, another story. Hope you guys couldn't be much bored over this and don't forget to brush your teeth before sleeping hehe..

Love You Every Sight
https://www.wikihow.com/Tell-if-Your-Best-Friend-Loves-You
           Rasanya sungguh mendebarkan, saat-saat seperti ini sungguh membuat Tanya mual tak keruan. Bukan ujiannya sebenarnya. Tapi semester pertama ini kelas Tanya harus berbagi kelas dengan kelas lain. Bukannya apa, tapi banyak cowoknya. Horornya adalah yang tertulis di denah tempat duduk hanya nomor urut absen. Nomor 1 ya duduk dengan nomor 1. Tidak rumit memang. Tapi siapa tahu kalau cowok tak sopan  nomor absennya 22, sama dengan Tanya. Tak terbayangkan pokoknya!
       Perlahan akhirnya kelas hampir penuh. Aduh! Ini dia akhirnya gerombolan cowok datang. Sepertinya mereka sengaja begitu, sengaja telat, seolah-olah mereka kejutan yang dinantikan. Memuakkan.  Tanya langsung memejamkan mata pura-pura berdoa, tapi akhirnya berdoa sungguhan juga. Semoga duduk dengan cew... belum selesai Tanya membatin, bahunya ditepuk tidak sopan oleh seseorang. “Nomor 22, kan?” tanyanya tanpa merasa salah sedikitpun, sepertinya. Tanya Cuma mengangguk. Cowok. Ternyata Tanya duduk dengan cowok juga akhirnya. Menurut Tanya ini aneh. Terakhir kali dia sebangku dengan cowok dulu sekali, saaat Tanya SD. Gea sebangku dengan cewek, rupanya. Terlihat akrab dan menyenangkan. “Namaku Pugoh,” kata cowok agak kerempeng itu kemudian. Tanya hanya menjawab dengan senyuman.
**
            Tanya terpaksa juga harus berdorong-dorongan dengan teman yang lain hanya untuk sekedar mengumpulkan hasil ujian. Ingin segera pulang. Gea menghampiri. Dia sudah keluar duluan rupanya. “Tega kau!” bentak Tanya bercanda. “Aku lihat tadi cowok yang duduk dengan Anne selesai paling dulu, aku kan penasaran dia seperti apa, jadi..” Gea sengaja menggantungkan ucapannya. “Love at first sight, maksudmu?” Tanya menuduh. “Bukan, cuma ingin tahu. Lagian siapa suruh tinggi menjulang seperti itu.” Gea mengelak juga sambil menunjuk anak laki-laki yang dimaksudnya. “Aku pernah melihatya di mana ya...” jawab Tanya tak memperdulikan kata-kata Gea, sambil menuding cowok jangkung yang sedikit rendah dari cowok yang disebut-sebut Gea. Mereka berjalan beriringan memondong bola basket lusuh. ”Oh.. itu love at first sight-mu?” balas Gea. “Enggaklah, Cuma sekedar pernah lihat. Kalaupun iya aku sekarang jatuh cinta, berarti ini love at sacond sight.” Jawab Tanya lalu tertawa. Gea serius rupanya. “Sepertinya sekarang belum. Tapi aku yakin pasti love at third sight.” Lontar Gea. Tanya menerawang sambil terus memandang punggung itu sampai menghilang di belokan koridor lantai dua, menuruni tangga sepertinya.
            Sesampainya di tempat parkir, Gea berdada-dada sambil merogoh sakunya, mencari kunci motornya. Tanya senyum lembut, malu mau melambai juga, terlalu banyak cowok di kantin yang tak jauh dari tempat parkir motor, yang padahal belum tentu memperhatikan mereka. Dasar aneh. Tapi akhirnya melihat Gea sudah sibuk sendiri, Tanya berjalan melalui setapak kecil di pinggir lapangan basket. Tanya otomatis menoleh saat mendengar suara ‘Tos’ keras dari lapangan basket, rupanya ada tanding kecil-kecilan. Nggak peduli ujian mereka, tak seperti Tanya yang terlalu konyol menganggap ujian itu sesuatu yang sangat penting. Tapi, bukankah yang benar begitu kan?
            Kaget. Tanpa sadar Tanya molongo. Punggung itu membuat Tanya menghentikan langkahnya. Menoleh celingukan mencari-cari Gea. Nggak ditemukan sahabatnya yang satu itu. Nggak buruk batinnya. Dia kembali mencari-cari punggung itu. Wajahnya menyiratkan jelas dia pendiam yang misterius. Pendiam yang penuh ragu tapi juga sorot mata yang teduh, tenang. Dia memakai sepatu keren, tentu. Dia memakai topi seragam, yang baru jatuh lalu segera dipungutnya, kemudian dilempar ke arah tumpukan tas-tas. Melesat agak sedikit jauh. Inikah love at third sight?
Saat matanya menemukan Tanya, segera cewek pemalu yang agak sinting dibuatnya itu berlari mencari-cari gerbang ingin segera pulang, pura-pura sebenarnya. Setelah menemukan ujung sekolah itu, menyesal juga akhirnya. Tanya menyesal tiba-tiba kabur begitu.
**
            Pagi ini Tanya terlihat terlalu bersemangat sepertinya, ya ampun. Tapi justru membuatnya malu, tuh. Malu kalau saja ketahuan yang membuatnya girang ternyata seorang cowok. Hari sedikit gerimis. Bulan Juni. Awal Juni memang selalu begitu, harus repot bawa payung atau yang lain yang tidak kampungan seharusnya. Tapi ini Tanya, jadi dia memilih memakai jaket tebal saja. Semalam Tanya hanya membalik-balik buku dan tanpa membacanya sedikitpun, sungguh. Tanya juga sulit tidur. “Ada bocoran lagi, kan?,” tanya Vian pada Todi tanpa sungkan, yang tak sengaja didengar Tanya. Memalukan, batin Tanya setelah sampai di teras depan ruang ujiannya. Dan ternyata sudah ramai. Ujian hari ke dua, mereka lebih bersemangat ternyata. Padahal Tanya sudah berusaha berangkat sepagi mungkin. “Aku dengar ada yang dapat bocoran soal..,” bisik Gea sambil mencebik. “Kamu nggak malu apa sama anak jangkung yang cerdas itu?,” sindir Tanya sambil melipat jaketnya, “Kenapa jadi berujung soal... nah itu orangnya, tuh,” Gea menyikut lengan kanannya. Mereka berjalan bertiga. Selalu terlihat keren memang. Dia, si punggung misterius itu, si jangkung di sisi kirinya, dan yang paling kiri Pugoh. “Jangan terpesona, gitu ah!,” Gea menyadarkan lamunannya. “Aku Cuma heran, kenapa berangkatpun harus bersama-sama seperti itu. Norak!,” dusta Tanya akhirnya tak punya pilihan. “Tetap keren menurutku,” Gea begumam sendiri.
            Setelah bel berdering dan semua masuk ke ruangan, akhirnya Tanya lepas juga dari Gea. Akhirnya kelas sunyi, tenang selama 3 jam lamanya. Seperti kemarin.
**
            Dicarinya sosok itu. Tidak ada! Sudah yakin Tanya. Sudah berulang-ulang pandangannya menyapu seluruh lapangan basket tak layak itu. Ada si jangkung, si Pugoh, dan masih banyak lagi, tapi nggak ada cowok yang dicarinya itu. Sungguh. Akhirnya Tanya berjalan gontai, lemas. Percuma semangatnya pagi ini. Senang sih, sempat mencium aroma tubuhnya saat melewati mejanya untuk mengumpulkan hasil ujian tadi, ditambah melihat punggungnya, serta sekilas wajahnya saat baru tiba tadi. Sedetik kemudian, dia lupa ini hari apa atau apapun yang tak penting, atau yang terpenting sekalipun. Membeku. Berkeringat.   Cowok yang dicarinya sedari tadi itu terus mendekat, sementara Tanya pura-pura melakukan hal yang rasional. Memasang wajah senormal mungkin. Dia melewati Tanya begitu saja, sambil terus ngobrol dengan temannya. But, it’s enough for now.
**
            Ini merupakan hari terakhir ujian semester pertama. Rasanya, begitu cepat. Terlalu cepat. Biasanya akan terasa lebih baik begini, tapi sekarang nggak seperti itu lagi bagi Tanya. Prince Charming-nya itu masih sering muncul dalam mimpinya. Setelah hari itu. Hari di mana Tanya tahu namanya. Ternyata namanya Alfarel Rauki Hutomo. justru setelah hari itu semua jadi kurang sempurna. Entahlah, waktu selalu tidak tepat untuk mereka berdua.
            Rasanya kurang adil. Selalu tidak adil saat semua yang Tanya inginkan berlalu begitu saja. Tanpa sesuatu yang dapat dikenang. Sesungguhnya yang membuat ini semua terasa sangat bodoh adalah tak ada yang dapat Tanya lakukan sementara  yang diinginkan di depan mata, namun tak menolehnya sedikitpun! “Kamu kapan buka e-mail dari aku, huh?,” dorongan tangan Gea begitu kuat. “Hari ini?,” Tanya balik bertanya. “Soon ya!!,” Setelah Tanya naik motor Gea, ternyata Alfarel juga ada di lapangan parkir motor itu, memperhatikan Tanya, mungkin. Karena sekarang Tanya memandanginya. Tapi urung karena bentakaan Gea. “Udah siap, woy??,” “Ah, Oh udah.. ud.. udah, “ jawab Tanya gelagapan. Lalu segera dicarinya wajah itu, sudah menunduk diantara teman-temannya. Tanya bahkan nggak akan  mengira ada kesempatan seperti ini.
**
            Sesampainya di rumah Tanya segera membuka seragamnya dan mengganti dengan setelan lusuh berwarna pastel kesayangannya. Lalu memakai sweater di siang bolong. Tapi itu khas Tanya. Akhirnya buru-buru dia sign in e-mailnya. Ternyata ada e-mail dari orang lain juga. Segera dia baca, berulang-ulang, kata demi kata yang membuatnya hampir gila. Aku Alfarel yang kamu curi kartu anggota perpusnya. Are you the girl that I met at the bookstore near the Church a month ago? Sudah diduga, pasti telapak tangannya berkeringat saat mengetik baris demi baris kalimat untuk membalas e-mail “mengerikan” itu.
So great to know you more. Sorry about that, I just want to know your name. How could you remember it?
            Tanya baru sadar. Cowok itu, tentu saja. Cowok yang keliru memberikan uang kembalian. Dia sangat bodoh. Padahal dia menggunakan mesin kasir. Tapi dia sangat bodoh. Hal itu membuat Tanya geli. Bagaimana dia masih mengingat wajah Tanya yang tidak rupawan ini. Sungguh aneh. Kemudian Tanya meng-klik send. Dan tentang pencurian itu Tanya ingin pura-pura lupa saja. Itu kan ide Gea, Tanya hanya membantu agar Gea tahu nama si jangkung dan sekalian dia ambil milik temannya yang ingat wajah Tanya yang flat ini. Jadi Tanya merasa sekali mendayung, seribu pulau terlampaui.
**
Hari ini bukan hari biasa. Hari yang mendebarkan. Memikirkan e-mail akhir pekan itu, membuat perut Tanya mual lagi. Entah apa nanti yang akan dilakukannya, kalau tiba-tiba saja Alfarel jatuh dari langit dan menanyakan e-mail itu. Bisa saja kan? Who knows? Dia sudah berjanji akan mengembalikan kartunya begitu ketemu.
“Mikir aku ya?,”sentak Skandar salah satu sahabat Tanya juga. Namun, tak sedekat dia dengan Gea. “Aku menunggu Gea, kau sendiri?,” jawab Tanya agak lambat sepersekian detik. “Nothing,” Skandar memainkan rambut Tanya sekarang. Andai Tanya bisa menyebutnya lebih dari sekedar sahabat. But, what it mean, then?
**
 “Ginny Weasly!,” Tanya menoleh suara itu. Oh God, Tanya melihat Alfarel tersenyum menatapnya. Tanya belum yakin, sih. Alfarel memanggilnya, atau memang ada Ginny Weasly di sekitar sini? Dalam hati, Tanya memutuskan memanggil Alfarel, Nevile Longbottom. Terakhir yang ia tahu setelah menonton Harry Potter and The Goblet Of Fire bersama Skandar dan Gea, Nevile dan Ginny datang ke pesta dansa sebagai pasangan. Alfarel sedikit berteriak mengalahkan ramainya kerumunan. Dia meneriaki Tanya dari lantai dua, sementara dia di lantai satu. Melihat tanya mendongak, Alfarel justru menjauh dari pandangannya. Meninggalkan Tanya yang terbengong-bengong. Dia bingung. Benarkah itu Alfarel? Sungguh yang dipanggilnya tadi Tanya? Banyak siswa berseliweran di sini. Tanya mungkin salah satu yang mendengarnya, dan spontan menemukannya. Tapi melihat tatapannya. Tanya menyukai degup jantungnya saat ini. Sungguh. Menyadari Alfarel tak lagi terlihat, Tanya mundur beberapa langkah berusaha menemukannya lagi. But he’s disappeared.
**
Liburan sudah tiba, dan semua semakin memburuk. Dia menolak menghabiskan liburan bersama Gea ataupun Skandar seperti biasanya. Dia menghabisnya sepanjang hari hanya diam di kamar, menunggu e-mail balasan dari Alfarel dan memeluk kartu anggota perpus miliknya yang belum juga dikembalikan. Useless.
**
Ini sudah hari kelima liburan dan penantiannya tidak sia-sia, setelah mencuci piring makan malam, Tanya berjalan gontai menyusuri anak tangga menuju kamarnya. Dan akhirnya wajahnya kembali cerah sepeti hari dimana dia –sepertinya- manjadi Ginny Weasly. Ada e-mail dari Alfarel. Dibacanya perlahan, Kita kan sudah 3 tahun sekolah bareng. Dan Skandar nggak pernah berhenti nulis tentangmu. He would act as Nevile Longbottom if you’re The Ginny Weasly, hehe sorry for disturbing. Aku nggak sengaja baca jurnalnya akhir tahun lalu, dan itu semua hanya tentangmu. Hope you’ll realized how worth you are for him. Dia sudah menunggu terlalu lama, samperin ya Tanya, Skandar itu kelewat gengsi. Maybe you’ve to know this, kita udah lama kerja bareng di toko buku tua dekat gereja itu. Mungkin kamu jarang lihat kita akrab di sekolah, but that’s we are hehehe. Have a great HOLIDAY!!!
            Tanya menjauh dari meja belajarnya, tanpa membalas surat elektronik yang ditunggunya setengah mati itu. Mereka memang tak pernah bicara di sekolah. Samasekali. Jadi Skandar yang sedang memerankan Nevile untuknya?
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Hellooo. . .
Another weekend another break fasting together? hehe. Well just go, are those whatsapp groups already in silent a year? haha I know they're so quite annoying noisy. But back then for moslem, keep your mind up that it is not about where and with whom you break your fast. Focus on your soul to do more pray. For non moslem out there don't ya'll think that it is quite unique to be a month full of many people sell so various meals, drinks and snacks along the road?
Well I am not going to give a receipt to cook a great dishes for your breaking fast. You may be helped by visiting Indita's Instagram account. She shares some ways to cook chicken and meat deliciously and simple.

Me? I am wondering which channel of youtube you usually watch. Do you like to watch beauty addict things, cooking channel, a channel full of vlog, or something useful?
Some people somehow choose to watch something light, such as an accident recorded by cctv and it gets them laugh courtly. Let me know which is your favorite.

Here I wanna let you try to peek my favorite youtube channel. I usually wanna lay down on my bed and wasting my last day at night by scrolling randomly for what I really want to know. You know, after a long hectic day and so many people we met. We just need a sleeping mask on and earphones plugged while watching something chill.

I also check if there is a new music video and trailer of a new movie, but here are below what I usually watch in repeat:

Erna Limdaugh
https://www.youtube.com/user/ErnaLimdaugh
I read a source, it tells she is a korean youtuber that starts her youtube channel in August 2011, but actually she is Indonesian that live in Korea currently. She actually like to share makeup tutorials and such a thing as a beauty vlogger, but for me, I like her to share her daily routine. As she gets more than 300K subscribers she starts to manage her channel more attractive and not going to bored the viewers. She also shares some photos and videos on Instagram erna_limdaugh.

Fathia Izzati
https://www.youtube.com/channel/UCm287Hcg0gAObJusLRGpbag
Here you go, maybe some of you know her. She is Indonesian. On her channel you will find so many kind of things she shared. She sometimes did a cover of song. One of my favorite is La Vie En Rose. She also has a band called Reallity Club, but I don't really into their songs, hehe. Sometimes she just takes time to talk in front of camera, talking random but still good for listening practice haha. She does parody too and makeup tutorial in a weird way as well. Some unique update of her you'll find it here kittendust.

Eclat Story
https://www.youtube.com/channel/UCJpJIA0raHS5Z5GgDhB87uA
Yeah I have a bit sense of music. So, Eclat Story is one of Indonesian youtube band that I found do so much efforts to do a cover so far. They are Klara, Yos, Joshua and Willi. I read a source that they actually not really know how they will manage this band just in case at a very first time they only wanna do a cover for wasting time. Anyway I really like the way they produce such a clear sound and great editing visual too. I recommend you to check their cover of Versace on the Floor - Bruno Mars.

Gita Savitri
https://www.youtube.com/channel/UCtECrfmHyJ0n32jSUfxcvXg
I can say she is such the most productive youtuber maybe. Because she has so many contents. She shares how to cook a cake, makeup tutorial, review so many things, her skincare routine, her daily life, her vlog while going somewhere new, and also so many opinions of the hottest thing that happening lately. Sometimes it gets way too serious but someday she just sharing products she got from a korean web. As I know, she is Indonesian but currently lives in German. She studied physic and now she lives her life as a wife and content creator, sometimes appear on TV local too.

Those are some youtube channels I usually like to watch during masking to bed time. I really wanna watch a channel which shares how to cook simply but healthy. But still on my way finding it out. I am absolutely gonna update you once I know which channel is it. Well, maybe you know one and want me to try to watch it, just tell me on the comment below. Hopefully you will like some of my preference youtube channel still.
So, enjoy your day!!







Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello again from me, a lazy one to go bath and so hard to sleep early. Well today I don't really know what to write actually, but it turns out remind me to my high school moments. It was quite great to have some good friends and learnt a lot of good things together. Weirdly all of those stuff build me to write more short stories just in case in a hope to get more money (once it published on a magz, you know now none such a thing) to buy food to eat or my favorite thing "jacket". Well it was really a must item to have since I gotta wake up early and catch bus at half past four every morning. So yeah, here is one of my drafts. It is silly I know, but common, try to understand how cool it was when I was younger:

                                                     Still And Always Will
https://www.wikihow.com/Tell-if-Your-Best-Friend-Loves-You

Pagi ini Shiera semangat menyambut hari Senin. Haha ... iya sumpah! Ini hari Senin. Mungkin karena Fardini. Bukan teman special sih, tapi dia selalu bisa membuat Shiera merasa begitu. Sekalipun, Shiera tahu selama ini mereka sekedar berteman, sekedar melakukan hal-hal yang normal yang seharusnya teman baik lakukan.
Mereka bahkan tidak pergi ke sekolah yang sama. Shiera nggak sekedar tergila-gila dengan London dan Oxford, dia juga sedikit addicted dengan Liga Inggris belakangan ini. Yeah, itu juga karena Fardini. Dia selalu punya dunianya sendiri yang unik,  yang menantang dan tanpa beban. Bukanlah enteng menjadi anak tunggal seperti Shiera, ayahnya single parent yang nggak banyak menuntut, sebenarnya. Tapi Shiera selalu merasa begitu. Merasa dituntut. Itulah mungkin yang membuatnya begitu membutuhkan Fardini. Sangat butuh udara yang sama dengan yang dihirup Fardini. Agar selalu merasa sebebas dirinya. “Ra, buruan dikit. Ada janji penting, nih!” Teriak Fardini sekenceng-kencengnya dari pagar luar rumah Shiera. Begitulah pagi mereka, berangkat bersama, tapi tanpa tujuan yang sama. Fardini selalu sabar menungggu Shiera, hanya untuk berangkat bersama sebatas gang depan, setelahnya, Bis mereka nggak sejalur. Terpisah juga kan akhirnya? “I’m coming, kapten,” jawab Shiera terengah, setelah pamit ayahnya. Memang selama ini Fardini selalu early dan Shiera yang membuat mereka telat selebihnya. 
**
Sesampainya di sekolah, Shiera selalu jadi orang lain, yang pendiam, yang seperti tanpa teman semacam Fardini. Begitulah semenjak dia kehilangan Mamanya 4 tahun yang lalu. Ceritanya panjang, bahkan Shiera juga nggak yakin ingat betul. Karena dia sempat tak bicara pada siapapun dalam waktu yang nggak sebentar. Sampai akhirnya dia menemukan seseorang semacam Peter Pan, teman Tinkerbel. Yup! Fardini. Dia pernah bilang kalo sebenarnya Shiera adalah perinya yang kabur dari toples magicnya, yang diberi nama Tink, mungkin maksudnya Tinkerbel. Jadi Shiera menyebut Fardini sebagai Peter Pan-nya. Mereka sudah bertetangga sejak kecil. Jadi yang akhirnya mampu membangkitkan Shiera yang -lebih dari- terjatuh ternyata ya cuma Fardini.
Hari ini Fardini ada pertandingan basket, lantas dia nggak ingin telat gara-gara Shiera. Sayang, Shiera nggak bisa menyemangatinya. Tapi, dia percaya Fardini akan memenangkannya lalu mengajak Shiera menaiki bukit dan makan es krim bersama untuk merayakannya. Seperti yang biasa dia janjikan. Yes!
**
Langit sudah kemerah-merahan seharusnya, hanya saja Bandung akhir-akhir ini sedikit mendung. Shiera masih menunggu Fardini datang di ujung gang rumah mereka, sendirian. Hingga akhirnya rintikan air dari langit membasahi pipinya, perlahan. Semakin dingin. Hujan masih berupa rintikan, jadi Shiera memutuskan menunggu lebih lama.
Sampai akhirnya mobil tua memasang lampu sen hendak belok ke kanan, ke arah Shiera. Genangan air yang tidak jauh memaksanya minggir sejenak. Setelah berlalu, Shiera kembali mendongakkan kepala, dilihatnya langit gelap yang kelam, terlihat sambaran kilat tanpa suara tepat di sisi barat daya tempatnya berdiri saat ini. Sampai akhirnya dia tersadar, mobil tua itu mematikan mesinnya tepat di depan rumah Fardini, yang membuatnya menoleh. Terlihat anak laki-laki jangkung itu merendahkan kepalanya mendekati kaca pengemudi seraya mengangguk-angguk, lalu melambaikan tangan. Beberapa detik kemudian, mobil tua itu mundur dan memutar arah. Keluar gang. Semakin menjauhi Shiera yang masih mematung di mulut gang. Semenit kemudian HP-nya bergetar, terasa sangat mengagetkan. Dibaca pesan dari Fardini ‘MAAF AKU KALAH. SLEEP WELL’. Digenggamlah HP lamanya itu kuat-kuat dan ditinggalkannya gang yang semakin sepi itu, untuk mencari tempat yang teduh. Shiera pulang, tanpa membalas pesan Fardini.
**
Keesokan harinya, sepulang dari sekolah, Fardini tidak menemukan Shiera di mulut gang seperti biasa. Lalu dia putuskan membuka pagar rumah Shiera, lalu diketuknya pintu kayu yang bercat putih tulang itu, pelan. “Siang, mbak” begitu melihat Mbak Mila, yang menemani Shiera saat Mamanya sudah tiada itu mendekat membukakan pintu. “Masuk bang, Mbak Shiera agak nggak enak badan, tuh di kamar. Nggak mau minum obat, nggak mau makan, nggak m...,” Fardini memotongnya “Tadi sekolah?” “Nggak bang, diminta istirahat aja sama bapak, saya angkat jemuran ya, bang,”
Ya begitulah, Shiera dan Fardini sudah seperti saudara, ayah Shiera juga sering memanggilnya “bang”, seperti yang dilakukan almarhum Mamanya. “Sakit apa Tink? Katanya diantar Om Sasongko tadi ke sekolah?” Fardini nyelonong masuk kamar Shiera. Tidak ada jawaban, dilihatnya gadis malang itu duduk di jendela yang menghadap ke rumah Fardini, tepatnya kamarnya. “Haloooo orangnya di sini.” “Oh sudah pulang dari Neverland? Ketahuan deh, bohongnya.” Jawab Shiera lemas. “Hah? Tempat apa itu?” Ya pertanyaan semacam ini yang Shiera suka, yang Shiera selalu ingin dengar dari Fardini. “Aku Cuma flu, parno ya ayahku, selalu kan?” Shiera mengalihkan pembicaraan. “Well soon ya guruku yang paling galak,” “Makasih lho, murid yang paling males,” lalu mereka tertawa hampir bersamaan. Selama ini mereka selalu menyempatkan belajar bersama, tapi endingnya selalu Fardini yang ketiduran, Fardini yang kabur nonton bola, Fardini yang kabur main bola di lapangan dekat rumah, selalu Fardini yang begitu. Dia nggak pernah jago-jago amat Bahasa Inggris, tapi playlist di HP dan PC-nya lagu western rock punk semua. Lucu ya? Minimal dia selalu bisa menjelaskan makna tiap lagu yang di downloadnya.
**
Mungkin sungguh berat mengartikan keinginan Shiera, dia sangat butuh Fardini, butuh tapi untuk selamanya. Jika bersama yang seperti itu nggak mungkin, Shiera pasti mengharapkan cara bersama yang lain. Asal selalu bersama Fardini. Kadang dia ingin menuliskan takdir yang buruk tentang dirinya sendiri. Seperti berharap tiba-tiba dia sakit kanker lalu Fardini akan mau menuruti semua inginnya, seperti di film yang pernah ditontonnya. Tapi itu belum juga terjadi. Terakhir, Shiera hanya flu, karena kehujanan menunggui Fardini yang ternyata pulang bersama teman cantiknya.
Yup! Belakangan ini Fardini akhirnya cerita apa yang terjadi malam itu. Dia kehilangan dompetnya saat pertandingan, sampai akhirnya Rita temannya yang katanya ‘baik’ dan ‘cantik’ itu memberinya tumpangan. Mengingat itu semua, membuat Shiera merasa dikhianati. Seperti tak diharapkan lagi, atau jangan-jangan ini pertama kalinya Shiera tahu. Sedangkan Fardini ternyata justru banyak menghabiskan waktu bersama Rita saat di sekolah. Entahlah.
**
Malam ini ternyata tiba-tiba saja tantenya Fardini melahirkan, sehingga ayah dan ibunya juga harus ke rumah sakit untuk membantunya, tentu saja. Fardini menawari untuk menghabiskan malam ini di rumahnya. Karena rumahnya kosong.
“Aku boleh masuk?” tanya Shiera setelah Fardini merebahkan badannya di tempat tidurnya. “Jangan mikir yang nggak-nggak kaya di film dramamu, deh. Come in!” katanya sok dewasa. Pelan-pelan Shiera melangkahkan kakinya memasuki ruangan yang asing itu. Selama ini Fardini saja yang keluar masuk kamar Shiera seenaknya. Sedangkan Shiera nggak pernah sekalipun. Ini pertama kalinya. Kamarnya rapi. Dia penggemar berat Green Day, rupanya. Ada poster super jumbo di sisi dinding kamarnya, buku pelajaran tertata rapi di meja belajar yang berwarna biru muda, ada almari berukuran sedang yang memenuhi sisi kanan tempat tidurnya, dan yang terakhir, jendela yang selama ini terlihat dari kamar Shiera, ada gantungan berupa dream catcher yang terbuat dari rotan, sama seperti yang diberikannya kepada Shiera dua tahun yang lalu, oleh-oleh dari Lombok. Selama ini, ruangan ini terlihat samar dan sangat ingin dihampiri Shiera, dan sekarang dia berada di sana bersama empunya.
“Santai aja, anggap rumah sendiri. Acaranya apa nih?” Kata Fardini tiba-tiba setelah membaca pesan dari HP-nya, langsung membuyarkan lamunan Shiera yang kini duduk di kursi meja belajar Fardini. “Bentar ya, aku ambilin minum, hehe. Ntar kamu mati dehidrasi,” candanya seraya bangkit dan keluar dengan ogah-ogahan. Shiera hanya melempar senyum kecil. Shiera melihat meja belajar rapi itu, tertempel di sana foto bersama dirinya saat wisuda SMP dulu, foto saat SD, foto pot bunga yang pecah, yang Shiera juga bingung apa artinya. Lalu ada buku bersampul hitam dengan tulisan besar berwarna putih, MISI. Shiera ambil, dia membayangkan mungkin berisi misi-misi gilanya yang lain, yang sangat rahasia, sehingga Shiera belum pernah diberi tahu buku unik ini. Dibukanya halaman pertama, ada coretan-coretan karikatur personil Green Day dan tertulis di bawahnya ‘AKU AKAN GANTIKAN VOKALIS KALIAN’. Gila memang. Dibukanya halaman selanjutnya, lalu Shiera hendak pindah tempat duduk ke tempat tidur Fardini, agar lebih nyaman. Tapi, pluk! Terjatuh sebuah foto berukuran 4R, lalu diambilnya. Dan Oh! Itu mungkin sang Rita batinnya, tubuh Shiera sedikit mengejang. “Lihat aku bawa minum apa, nih? Ini...” suara Fardini dari lorong terhenti melihat Shiera melihat foto itu. “Siapa ini, huh?” Tanya Shiera berusaha tenang. Diulasnya senyum menggoda, penuh canda untuk menutupi apa yang sebenarnya dirasakan. “Hahaha, ketahuan juga akhirnya. Dia Rita yang waktu itu sempat aku ceritakan. Ingat?” Jawabnya sambil menaruh dua gelas susu coklat panas di meja kecil dekat tempat tidurnya. Lalu ikut duduk di samping Shiera, diraihnya foto itu, dan dipandangi dengan senyum yang sama seperti ketika dia melihat hasil gambar Shiera yang katanya sangat ‘menghipnotis’. Shiera benci saat-saat seperti ini. Saat-saat, seolah Shiera akan ditinggalkan Fardini.  “Ingat,” akhirnya Shiera jawab singkat sambil berusaha tenang. “Cantik. Pacar kamu ya?” Goda Shiera akhirnya, setelahnya dia menelan ludah dalam-dalam. Sakit dadanya. “Nggak tahu, mungkin akan, hehe. Belum ada moment yang pas. Saat wisuda nanti mungkin. Setuju nggak?” goda Fardini sambil mengacak-acak rambut Shiera. Shiera balas senyum datar. Tak dijawabnya.
Akhirnya malam itu Shiera hanya tiduran di tempat tidur Fardini, sementara tuannya asik main playstation. Susu coklat yang semula panas sudah semakin dingin. Tak disentuh keduanya. Dibiarkan dingin begitu saja, hingga akhirnya Shiera memutuskan untuk pulang saat jam digital di meja belajar Fardini menunjukkan pukul 11.43 PM. Dia nggak betah berada di dalam ruang sunyi tanpa obrolan sedikitpun bersama orang yang paling dikaguminya selama ini, dengan suasana yang nggak ingin ia kenang sama sekali. “Sleep well.” Kata Fardini setelah sampai di depan pintu rumah Shiera, untuk mengantarnya pulang. “Ya.” Jawab Shiera dengan suara serak. Lalu ditutupnya pintu itu.
**
Lalu hari-hari berikutnya berjalan seperti biasa, seolah malam itu tak terjadi apapun, namun bedanya, Shiera seolah bangun dari mimpinya. Seolah hal abu-abu yang selalu membuatnya mati penasaran kini lebih jelas hitamnya, lebih jelas putihnya. Kini dia tahu di mana dia sebenarnya. Bukan di Neverland. Bukan di dalam kisah-kisah film atau novel yang sering dibacanya. Nggak akan ada cinta sejati seperti di film Enchanted. Yang ada hanya kehidupan yang nyata ini, yang sulit dipelajari, dan nggak mungkin kita tuliskan endingnya dengan mudah.
https://www.wikihow.com/Attract-the-Guy-You-Have-a-Crush-On
Kini Shiera mengerti, dia juga butuh Anne, Lia, Niko, Alfa atau Luki. Pokoknya teman yang lain, teman yang juga bisa menceritakan adegan yang dibuat Spongebob tampak nyata, teman yang mampu membuat rekor baru saat memainkan game di Hp-nya, teman yang normal yang tidak sesempurna Fardini, teman yang mampu mendapat nilai 90 di kelas Bahasa Inggris, yang mendengarkan lagu pop atau ballad dan tidak selalu menang dalam pertandingan basket.
Shiera sekarang lebih open mind, It’s like she’s going to live her life. Ternyata dia bisa tetap tertawa saat nonton Mr. Bean walaupun bukan Fardini yang duduk di sampingnya. Akhirnya dia mengerti, Tink si peri yang dimiliki Fardini mungkin memang sungguh ada, nyata. Dia memilih pergi dari toples di kamar Fardini yang indah itu, mungkin karena ia tahu, selama ini Fardini seolah ingin memilikinya, seolah akan selalu menjaganya, seolah sangat menyanginya, tapi nyatanya dia memilihnya untuk menyimpan peri malang itu di toples. Tak pernah saling berpelukan atau makan di meja yang sama, karena Fardini yang dia kenal selalu memilih menghabiskan sepanjang hari untuk basket, main playstation, nonton bola, dan bla bla bla. Fardini hanya ingin menyimpan peri itu begitu saja, mungkin agar dapat selalu dilihat saat dia bangun, atau akan tidur.
Begitulah kenapa Tink memilih pergi, karena Peter Pan tak sungguh ingin bersamanya. It feels like he holds her without touch, and keeps her without any chains.
**
Shiera sedang terbaring di kamar Fardini seperti malam itu, tapi suasana saat ini lebih disukai Shiera, karena ini sore yang cerah dan bedanya foto Fardini bersama Rita kini ditempel di meja belajarnya, menggantikan foto pot bunga yang pecah itu. Dan di dalam sana Fardini sedang sibuk membungkus kado untuk Rita, yang katanya akan berulang tahun dua minggu lagi. Diantaranya mengalun lagu Sarra Bareilles, Gravity, keras sekali. Tentu saja, ini plalist Shiera. Di dalam ruang yang akan selalu menjadi ruang yang paling istimewa itu, Shiera menyadari bahwa hatinya ternyata mempunyai ruang yang sangat besar. Ternyata, dia tetap bisa bersama Fardini, meskipun Fardini kini juga bersama Rita, dan meskipun kini Shiera juga mengajak teman ekskul atau teman sekelasnya mampir ke rumah. Semua terasa lebih mudah dan ringan, dan bebas. Beginikah rasanya hidup sebagai Fardini yang tanpa beban?
Dalam hati, Shiera janji dan tak lupa menulisnya dalam buku jurnalnya di rumah nanti, bahwa dia masih dan akan selalu menjadi Tink untuk Peter. Dan kini ia menyanyikan bait-bait terakhir Gravity, setengah berbisik “Something always brings me back to you it never takes too long...”
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

https://deskgram.net/mputrasetia/taggedin?next_id=1932650641870369795


Marhaban Ya Ramadhan 1440H.
Mohon maaf lahir dan batin.
Alhamdulillah bertemu kembali.
Semoga selalu dalam lindunganNya dan lancar ibadah puasanya ya teman-teman sekalian.




Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

instagram

Categories

  • About
  • Bookshelf
  • Contact
  • Fashion
  • Food
  • Makeup
  • Movie
  • Other
  • Random
  • Review
  • Sharing
  • Skincare

Popular Posts

  • Contact
  • Love Reset: 30 Days
  • Pantene Micellar Cleanse and Hydrate Shampoo
  • Bio Beauty Lab Phyto Power Essece
  • Bogor 2023
  • Jogja 2023
  • A Killer Paradox
  • Skintific 10% Niacinamide Brihtening Serum
  • Gyeongseong Creature
  • ACKNOWLEDGMENT

Blog Archive

  • September 2024 (1)
  • March 2024 (1)
  • February 2024 (2)
  • January 2024 (1)
  • November 2023 (3)
  • March 2023 (2)
  • December 2022 (1)
  • August 2022 (1)
  • July 2022 (2)
  • March 2022 (1)
  • February 2022 (2)
  • November 2021 (1)
  • July 2021 (1)
  • June 2021 (1)
  • April 2021 (1)
  • February 2021 (1)
  • January 2021 (1)
  • December 2020 (4)
  • November 2020 (5)
  • October 2020 (1)
  • August 2020 (1)
  • July 2020 (1)
  • June 2020 (4)
  • April 2020 (1)
  • March 2020 (2)
  • February 2020 (1)
  • January 2020 (3)
  • December 2019 (2)
  • November 2019 (2)
  • October 2019 (4)
  • September 2019 (2)
  • August 2019 (4)
  • July 2019 (4)
  • June 2019 (3)
  • May 2019 (4)
  • April 2019 (5)
  • March 2019 (4)
  • February 2019 (4)
  • January 2019 (4)
  • December 2018 (4)
  • November 2018 (4)
  • October 2018 (4)
  • September 2018 (5)
  • August 2018 (4)
  • November 2017 (3)
  • June 2017 (1)
  • May 2017 (2)
  • April 2017 (1)
  • June 2015 (1)

PART OF

PART OF

PAGE VIEWS

Followers

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates